Thursday, May 26, 2016

Surat Terbuka Untuk Direktur Rumah Sakit di Seluruh Aceh


Surat Terbuka Untuk Direktur Rumah Sakit di Seluruh Aceh

Ternyata sudah rahasia umum  kalau hampir bahkan seluruh rumah sakit di Aceh baik rumah sakit  pemerintah dan swasta ada praktek dan bisnis kamar bagi pasien dan orang sakit, walau ada klasifikasi dalam pelayanan di rumah sakit baik melalui BPJS Kesehatan maupun dengan asuransi kesehatan dan tanggungan oleh perusahaan yang bekerja sama dengan rumah sakit. Misalnya untuk BPJS ada kelas I, kelas II dan kelas umum bahkan kelas sal.
Bila pasien yang dinyatakan dan mengharuskan rawat inap bahkan ada pihak rumah sakit yang menanyakan apakah sudah booking kamar sebelumnya, bila kita bilang belum, mereka menyatakan BPJS atau Askes kita golongan apa? Misalkan kita bilang kelas I umumnya mereka bilang penuh dan tersedia kelas II yang berisikan 2 ranjang (bed) untuk pasien, namun bila mau membayar lebih ada kelas VIP bahkan . Tentu kelas ini harus kita bayar permalam karena tidak termasuk dalam penanggungan BPJS atau asuransi kesehatan yang kita ikuti dengan kelas tertentu misalnya. Biasanya keluarga pasien  demi kenyamaman akan mau membayar bagi orang memiliki uang lebih dari pada harus berbagi kamar dengan pasien lain apalagi di kelas sal yang harus beramai-ramai.
Praktek seperti ini biasa kita jumpai di hampir semua rumah sakit di Aceh, bila benar-benar penuh kita tentu bias terima dikelas dibawahnya terlebih dahulu dan bias naik ke kelas I bila ada pasien yang keluar artinya masuk list tunggu, namun bila tidak benar penuh dikelas yang seharusnya kita tempati sesuai klasifikasi di kartu BPJS ini akan membuat kita sakit hati dan merasa ditipu supaya bisa dipungut biaya untuk kelas VIP atau president suite. Ini merupakan bisnis yang dijalankan oleh pihak rumah sakit. Walaupun sah-sah saja karena pelayanan dan kenyaman istimewa tentu akan mahal dan harus kita bayar. Namun sebagai pekerja atau pegawai baik negeri dan swasta tentu biaya kesehatan dipotong setiap bulannya dan kita berhak menikmatinya bila kita sakit dan harus mendapat perawatan di rumah sakit atau rawat inap.
Dalam hal ini direktur atau pihak rumah sakit harus transparan dan jujur mengatakan bila kelas-kelas tertentu benar-benar penuh dan menawarkan ke kelas dibawahnya atau kelas VIP dan presiden suite yang pasti harus bayar. Biasanya bila ada kenalan baik dokter maupun perawat kita akan mudah mengetahui dan mendapatkan kamar dan fasilitas seperti yang seharusnya kita dapatkan di BPJS namun bila tidak maka kita akan dan harus mengikuti prosedur pihak rumah sakit seperti yang diutarakan diatas.
Tak dapat dipungkiri semakin banyak hadirnya rumah sakit di kota/kabupaten di Aceh namun nyatakan jumlah orang sakitpun semakin bertambah walaupun puskesmas juga ada disetiap kecamatan di seluruh Aceh, disinilah peluang bagi para dokter maupun pebisnis dibidang kesehatan untuk mendirikan rumah sakit, konon lagi sekarang setiap rumah sakit harus ada BPJS yang bisa diklaim setiap biaya baik jasa dokter, tindakan operasi, fasiliatas kamar dan tentu obat-obatan.
Satu hal lagi yang luput dari perhatian pihak rumah sakit dalam hal ini direktur atau pengelola rumah sakit yaitu mengenai sering kali hilangnya sandal dan sepatu baik itu punya keluarga pasien maupun punya tetamu pembezuk pasien, rata-rata begitu keluar dari rumah sakit sudah tidak ad alai sandal atau sepatunya.
Fenomena ini kerap dan selalu terjadi di hampir semua rumah sakit, hilangnya sandal dan sepatu yang bagus di rumah sakit, sebaiknya kalau pergi ke rumah sakit pakailah sandal paling jelek atau bila perlu bawa masuk kedalam plastik kresek bila beberapa rumah sakit tidak membolehkan masuk sandal dan sepatu ke dalam rumah sakit demi kebersihan.
Seharusnya pihak manajemen rumah sakit menyediakan tempat penitipan sandal dan sepatu bila perlu diberi nomor/kupon dan tidak masalah dipungut biaya asalkan alas kaki kita aman dan tidak dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab waktu kita keluar dari rumah sakit. Beberapa rumah sakit sudah ada tempat meletakan alas kaki tapi tetap dibiar terbuka dan tidak aman sehingga sangat mudah dicuri dan diambil oleh orang lain, pihak keamanan juga tidak siap dan tidak sempat mengawasi persoalan hilangnya sandal dan sepatu, padahal ini merupakanpelayanan  lebih terhadap kenyataman pengunjung rumah sakit tersebut.
Kiranya dapat menjadi masukan untuk direktur dan manajemen rumah sakit dan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan  terhadap persoalan kecil ini yang kadangkala terabaikan, semoga pelayanan kesehatan di Aceh dapat lebih baik dan tata kelola rumah sakit yang bagus. 


Teuku Rahmad Danil Cotseurani
Auditor
D/A. Kompleks Perumahan PT. AAF (ASEAN)
Krueng Geukueh -Aceh Utara - Aceh  24354


No comments:

Post a Comment