Friday, May 27, 2016

Dompet Peduli Imigran Rohingya

Droe Keu Droe : Serambi Indonesia, 22/05/2015

            Fenomena dalam beberapa minggu terakhir yang menghiasi media massa baik media cetak, media elektronik dan media online adalah mengenai terdamparnya ratusan imigran dan pengunugsi Rohingya di beberapa daerah pesisir Aceh dan Sumatera Utara (Langkat dan Pangkalan Susu). Memang bukan kali pertama mereka terdampar atau diselamatkan oleh nelayan kita saat terombang ambing di lautan lepas Selat Malaka karena karena kehabisan bahan bakar atau bekal.
            Sedih, miris bercampur aduk ketika melihat dan membaca dari media massa kondisi mereka saat sudah didaratkan di Lhoksukon dan Kuala Langsa dengan kondisi fisik dan tubuh yang sangat jauh dari sehat dan bugar, ditambah lagi ada bayi, anak-anak dibawah umur dan para ibu-ibu yang ikut rombongan mengungsi jadi imigran yang katanya terusir dari tanah kelahiran mereka karena tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Buddha Myanmar dan tidak mendapatkan fasilitas dan akses kesehatan di negri mereka sendiri, makanya mereka mengungsi dan keluar dari negeri mereka dengan tujuan Malaysia, Singapura, Thailand atau Australia yang lebih menjanjikan penghidupan yang layak. Melihat kondisi mereka ini yang sangat memprihatinkan yang terkatung-katung, kelaparan dan kehausan dilautan sudah sepatutnya Serambi Indonesia membuka program Dompet Peduli Untuk Imigran Rohingya untuk memfasilitasi masyarakat dan rakyat Aceh untuk membantu meringankan beban mereka, suadara kita seiman sesama muslim yang belum mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan di negri mereka dengan membantu seikhlasnya dari saudara sesama muslim ditempat kita. Setidaknya dapat membantu beban Pemda Aceh Utara dan Pemko Langsa dalam menghadapi pengungsi dan imigran Rohingya yang tiba-tiba tersebut tentu kedua pemda tersebut tidak siap dengan anggaran dan biaya yang mereka keluarkan untuk menanganinya sendiri disamping melibatkan provinsi dan Negara sambil menunggu keputusan dari Pemerintah dalam hal ini Keimigrasian, Kementrian Luar Negeri RI, bahkan pihak PBB dalam hal ini UNHCR.
            Sangat disayangkan tulisan dan berita diharian lokal di Aceh yang mencurigai kedatangan yang katanya para imigran gelap Rohingya dari Myanmar dengan menduga membawa narkoba dan lain-lain. Dapat kita lihat dari kondisi mereka jangankan membawa barang haram untuk makan dan minum saja selama dalam perjalanan dan terkatung-katung dilautan lepas mereka harus bertahan hidup dengan meminum air laut dan air seni atau air kencing sendiri. Sangat tidak beralasan mencurigai saudara-saudara kita yg ditimpa kemalangan dan ketidaklayakan hidup tersebut dengan keluar dari negeri mereka sendir hanya untuk bertahan hidup dan kelangsungan hidup etnis mereka. Seandainya saja ada dari mereka golongan yang pandai, diplomat, politikus dan tokoh terkenal dari kalangan mereka sendiri ketika ketidakadilan, tidak dianggap kewarganegaraan dan tidak mendapat fasilitas apapun oleh Myanmar dan Banglasdeh  bukan tidak mungkin mereka akan memproklamirkan kemerdekaan sendiri rakyat Rohingya, melobi PBB dan bangsa-bangsa maju untuk mendapat pengakuan secara defakto dan dejure dari Negara-negara di dunia. Sayangnya hal ini belum mereka impikan dikalangan rakyat dan pengungsi Rohinhya. Mereka lebih memilih menjadi manusia perahu dan berimigrasi ke negara lain yang dianggap lebih makmur dan merubah nasib mereka.    
            Disaat Negara-negara sahabat menolak menampung rakyat Rohigya yang tertindas di Negara asal mereka, pemerintah Indonesia dalam hal ini pemda Aceh Utara dan Pemko Langsa tergerak dan membantu mereka menampung sementara sampai ada keputusan dari pemerintah pusat tentang nasib mereka. Seharusnya kasus dan krisis Rohingya dibahas dalam KTT Asia Afrika yang baru-baru ini diselenggarakan di Bandung yang diperingati secara besar-besaran dan bertepatan ke enam puluh tahun peringatan KTT AA tersebut. Namun sayangnya ketidakterwakilan etnis Rohingya baik di parlemen Myanmar atau pemerintah Myanmar tidak peduli sehingga gaung dan isu Rohingya tidak menjadi pembahasan di KTT Asia Afrika tersebut. Selanjutnya kita berharap itikad baik dari Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN untuk membahas hal ini dan mendesak dan mengultimatum pemerintah Myamnar untuk menyelesaikan kasus Rohingya.      
Terimakasih kepada Serambi Indonesia atas dimuat surat ini.

Teuku Rahmad Danil Cotseurani
Internal Auditor ASDC
Bireuen-Aceh 24251


No comments:

Post a Comment