Friday, May 27, 2016

Bireuen Sebagai Kota Santri

Droe Keu Droe : Serambi Indonesia, 02/02/2016

Daerah Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia, dimana Islam pertama kali menyebar melalui Aceh, tersebut dalam sejarah bagaimana Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Peureulak dan kerajaan Samudera Pasai, tidak salah jika kemudian Aceh berjuluk Serambi Mekkah. Selain mayoritas penduduk Aceh beragama Islam dan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memberlakukan syariat Islam.
Islam sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Aceh dari zaman dahulu hingga sekarang, baik dari tatanan sosial kemasyarakatan, budaya, seni dan pendidikan juga bernafaskan Islam. Dalam dunia pendidikan di Aceh kita sering mendengar dayah atau pesantren sebagai lembaga pendididikan disamping lembaga pendidikan umum lainnya seperti sekolah dan perguruan tinggi. Kata dayah akan selalu melekat dengan santri. Santri adalah sebutan bagi pelajar yang mengikuti pendidikan di dayah. Sementara pondok pesantren atau dayah itu sendiri adalah sebuah tempat belajar agama Islam yang memiliki asrama, untuk para santrinya.
Bireuen merupakan daerah salah satu kabupaten di Aceh sebagai kabupaten pemekaran dari kabupaten Aceh Utara pada tanggal 12 Oktober 1999 yang lalu. Memikili penduduk hampir 430 ribu jiwa. Di kabupten ini berdiri banyak dayah atau pesantren yang menjadi rujukan para orang tua, santri untuk belajar agama Islam dengan tetap menyetarakan ilmu umum yang bisa di dapatkan di tempat lain, dengan harapan dapat menjadi bekal iman dan taqwa dan iman dan teknologi yang menjadi dasar dalam kehidupan generasi untuk menghadapi dunia global ke depan.
Namun. Ada kecenderungan dari kabupaten Bireuen, dimana selain banyaknya dayah-dayah dan tokoh-tokoh agama dari kabupaten ini untuk diharapakan oleh masyarakat Bireuen pada khususnya dan masayarakat Aceh pada umumnya untuk menjadikan Bireuen sebagai kota Santri. Sebagaimana karakteristik masyarakat Bireuen yang religiuus, islami, sopan santun dan berbudaya. Disamping itu aneka perhelatan hari besar keagamaan dirayakan dengan meriah hingga masjid-masjid dan dayah-dayah kerap kebanjiran jamaah dan undangan. Dari 17 kecamatan di kabupaten Bireuen keberadaan dayah tersebar di desa dalam kecamatan-kecamatan tersebut.
Satu point yang menjadi alasan kuat untuk menjadikan kabupaten Bireuen sebagai kota santri adalah keberadaaan banyak dayah atau pondok pesantren yang selalu diminati oleh warga Aceh dan luar Aceh. Dari situlah Bireuen sebagai kota santri menjadi kekhasan tersendiri dibandingkan kabupaten lain di Aceh. selain itu Bireuen sebelumnya mendapat julukan kota juang, dimana Bireuen sempat menjadi ibukota Negara Republik Indonesia ketiga pada tahun 1948, saat itu Presiden Soekarno hijrah sementara dan mengendalikan roda pemerintah di kabupaten Bireuen. Hal ini dibuktikan dengan adanya radio Rimba Raya yang tetap menyiarkan berita bahwa Indoensia belum takluk pada Belanda ketika agresi militer Belanda pada waktu itu.
Masyarakat Bireuen sangat berharap peran pemda Bireuen dalam hal ini Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) dan pemerintah Aceh untuk memperjuangkan Bireuen menjadi kota santri dan menjadi rujukan dan referensi belajar agama Islam ke kabupaten Bireuen dimana dayah-dayah besar menyebar dari kecamatan Samalanga hingga kecamatan Gandapura, dimana alumni dayah-dayah tersebut sudah menyebar ke seluruh Aceh, Indonesia bahkan ke dunia Internasional.            
Terimakasih kepada Serambi Indonesia atas dimuatnya tulisan ini, semoga menjadi renungan untuk pemangku kepentingan di Bireuen dan Aceh.

Teuku Rahmad Danil Cotseurani (TRDC)
Internal Auditor
ASDC Bireuen
Aceh 24251

 


No comments:

Post a Comment