Friday, May 27, 2016

Aceh Sebaiknya Urus Sendiri Penyelenggaraan Haji

Serambi Indonesia
Kamis, 10 Juli 2014 11:44 WIB
SUNGGUH miris membaca dan menyimak media massa belakangan ini menyangkut korupsi yang sudah membudaya, mengakar, berjamaah dihampir semua lini pemerintahan yang sangat mengangungkan demokrasi pancasila ini. Berita terakhir adalah penetapan sebagai tersangka Menteri Agama NKRI, Surya Darma Ali, yang disangkakan atas dugaan korupsi dana dan penyelenggaraan haji Indonesia.
Kita sangat apresiasi terhadap KPK yang bekerja sangat maksimal dan professional dalam menuntaskan korupsi yang sudah membudaya di Republik ini. Dalam beberapa waktu terakhir ini sejumlah tokoh dan aktor korupsi sudah ditangkap KPK. Hampir semua bidang baik eksekutif, legislatif dan yudikatif yang sangat diagungkan oleh pemerintahan yang menganut sistim demokrasi seperti Indonesia, ini tidak luput oleh korupsi, suap dan penyalahgunaan wewenang.
Tidak ada lembaga negara dan badan Negara yang bersih dari korupsi di Republik ini. Kita sangat berharap Mahkamah Konstitusi (MK) itu bersih dari korupsi dan terakhir ditetapkan ketua MK saat itu Akil Mochtar sebagi terangka korupsi ternyata lembaga tinggi Negara di bidang yudikatif juga tidak luput dari korupsi.
Dalam hal penyelenggaraan haji, masyarakat Aceh sangat berharap pada pemerintahan Aceh sekarang di bawah kepemimpinan Zaini Abdulah dan Muzakir Manaf dan Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Malik Mahmud untuk bisa melaksanakan penyelenggaraan haji khusus Aceh diselenggarakan sendiri oleh pemerintah Aceh tidak lagi harus melalui pusat, lakukankan lobi terhadap kerajaan Arab Saudi untuk bisa menyelenggarakan sendiri pelaksaan haji dari Aceh.
Melihat ketidakberesan dan tidak transparansinya pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama dalam melaksanakan penyelenggaraan haji dan korup. Bayangkan saja seseorang jamaah yang ingin melaksanakan ibadah haji saja harus antri sampai lima tahun, ada apa ini padahal di dunia Negara kita dalah penduduk Islam terbesar di dunia sudah sepantasnya kouta kita akan lebih besar.
Khusus untuk Aceh, nenek moyang kita masa kesultanan dulu sudah menginvestasikan dan berbuat untuk generasinya kelak yang akan melaksanakan ibadah haji agar mudah dan nyaman ketika berhaji. Adalah Syechk Habib Bugak yang membeli tanah disekitar Masjidil Haram dan kini telah diganti rugi karena perluasan Masjidil Haram dan sekarang bernama rumah Aceh (Baitul Asyi), Subhanallah!
Tidak ada bangsa lain dan daerah lain yang sempat memikirkan untuk membeli tanah di Mekkah, demi anak cucu mereka kelak, akses dan kemudahan beribadah haji bagi generasi dan jamaah haji Aceh dimasa yang akan datang. Dan, sampai sekarang Baitul Asyi memberikan kompensasi dan dana kepada jamaah haji asal Aceh. Lagi-lagi hal ini tidak didapatkan oleh jamaah haji dari Negara dan daerah lain di Indonesia.

Teuku Rahmad Danil Cotseurani
Internal Auditor ASDC Bireuen, Aceh 24251.
Email: danilcotseurani@yahoo.co.id


No comments:

Post a Comment