Saturday, June 25, 2016

Buka Puasa Bersama Tiap hari di Aceh

Buka Puasa Bersama Tiap Hari di Aceh
Bulan Puasa di Aceh selalu suasana meriah dan ramai dalam berbagai hal  dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya karena pada bulan tersebut selain Allah melipat gandakan pahala bagi umat muslimin yang beribadah dan mengharap ridha Allah SWT juga sudah ada tradisi-tradisi islami yang berkembang secara turun temurun di masyarakat Aceh seperti meugang, masak kanji rumbi, undangan buka puasa bersama, santuni anak yatim piatu dan lain sebagainya di bulan suci ramadhan.

Selain sebagai tradisi hal tersebut diharapkan menjadi syiar dan upaya menyemarakkan budaya Islam di bulan suci Ramadhan. Jika dalam Islam memberikan sesuatu untuk berbuka puasa bagi kaum muslimin yang berpuasa Ramadhan  akan mendapatkan pahala lebih dari Allah. Dan hal ini biasa dilakukan oleh warga Negara kaya raya seperti Arab Saudi, Qatar, UEA dan Negara-negara Timur Tengah Lainnya, untuk memberi, menyediakan dan menyiapak aneka makanan untuk berbuka puasa yang digelar ditempat-tempat umum dan sarana ibadah lainnya. Di Aceh hal seperti itu masih jarang kita jumpai oleh warga-warga yang punya penghasilan lebih, entah kenapa?

Namun demikian, masjid dan meunasah bisa saja melaksanakan buka puasa bersama dengan warga lingkungan sekitar masjid atau meunasah di kampung setempat. Seperti yang dilakukan oleh beberapa masjid sunnah selama ini di Aceh, disamping juga ada tradisi memasak dan menyiapkan kanji rumbi bagi masyarakat sekitar masjid tersebut.

Seharusnya dengan dilakukan buka puasa bersama di masjid atau meunasah tiap hari di bulan suci Ramadhan dapat lebih dalam upaya syiar islami dan menambah jamaah shalat magrib di tiap masjid dan meunasah karena selama ini kita dapati ketika bulan puasa jamaah shalatmagrib sangat minim dan sedikit sekali. Hal ini disebabkan kaum muslimin di Aceh banyak yang masih berbuka puasa dirumah masing-masing dan otomatis karena kekenyangan tidak sanggup lagi pergi shalat berjamaah ke masjid atau meunasah. Padahal shalat berjamaahwajib bagi laki-laki kecuali ada uzur, dan baru ramai jamaah dan penuh ketika menjelang shalat Isya, Tawareh dan Witir. Ini harus menjadi perhatian para alim ulama di Aceh bagaimana upaya meramaikan jmaah shalat magrib selama bulan Ramadhan.

Perlunya musyawarah antara Ulama, Umara, Tengku Imum, Keuchik, Tuha Peut, Tuha Lapan, tokoh masyarakat dan warga setempat untuk menggelar dan mengadakan buka puasa bersamasetiap hari selama bulan suci Ramadhan di masjid atau meunasah setempat. Bisa dengan menerima dana dan donasi dari orang-orang kaya di kampong dan bisa dengan menjadwalkan secara bergilir untuk menyediakan penganan berbuka berupa minuman the dan beberapa potong kue dari warga masyarakat kampong tersebut sesuai beberapa Kepala Keluarga (KK) perhari.

Ini merupakan cara paling praktis yang bisa diaplikasikan dan diterapkan yang akan menjadi syiar, dakwah dan menyemarakkan bulan suci Ramadhan dan jamaah shalat magribpun akan ramai sama seperti jamaah shalat Isya, Taraweh dan Witir. Bisa juga dalam hitungan beberapa hari diselingi dengan potong kambing saat berbuka puasa tergantung dana, dan donasi sumbangan masyarakat yang menyumbang.

Berbedahalnya dengan undangan dan acara buka puasa bersama dalam rangka reuni atau jamuan buka puasa dari berbagai instansi swasta, pemerintah dan perbankan yang umum terjadi di warung-warung kupi, rumah makan, coffe-coffe atau restaurant dan hotel berbintang, biasanya karena jarang ketemu sesama warga yang berbuka puasa bersama sehingga asyik berbicara dan diskusi sampai-sampai waktu shalat magribpun tinggal bahkan ada yang sampai isya belum beranjak dari tempat buka puasa bersama tersebut, Na’uzubillah. Bukannya pahala yang didapatkan dari buka puasa bersama malah maksiat bersama yang didapat karena melalaikan waktu ibadah shalat.

Fenomena ini sering kita jumpai di kota-kota besar, konon lagi tempat diselenggarakannnya buka puasa bersama itu jauh dari masjid dan meunasah. Malah ada yang tidak ada fasilitas mushalla, jikapun ada tempatnya sempit dan kecil sementara orang-orang banyak mau shalat magrib. Padaha kita tahu jeda antara waktu berbuka puasa dengan azan dan shalat magrib tidak lama, jadi mustahil kita dapat shalat berjamaah magrib jika masih berlama-lama dengan santapan dan aneka makanan berbuka puasa. Maka benarlah ucapan Nabi Muhammad SAW untuk berbuka puasa dengan 2 biji kurma dan segelas air putih, maknanya apa supaya kita bisa siap dan sanggup melaksanakan shalat magrib berjamaah. Coba bayangkan dan lihat saja dimana ketika ada hajatan buka puasa bersama di salah satu tempat aneka hidangan makanan dan minuman ada tersedia denga berbagai macam rasa, warna dan selera. Namun ketika beduk atau sirene tanda buka puasa berbunyi yang sanngu kita makanan dan minum hanya beberapa saja, sisanya menjadi mubazir dan tidak terjamah.

Padahal disaat yang sama di bagian wilayah dunia lainnya seperti di Afrika, Somalia, Ethiophia, Palertina, Suriah kaum muslimin disana berbuka puasa ala kadarnya saja bahkan tidak ada makanan dan minuman enak untuk berbuka karena kawasan perang dan konflik. Sungguh kita buta mata hati jika berfoya-foya dan mubazir dalam menikmati Rahmat Allah dalam hal berbuka puasa. Semoga ini menjadi renungan bagi kita semua, dimulai dari keluarga kita sampaikan kemudian para Ulama dan Umara untuk lebih mengingatkan ummatnya agar tidak berlebihan dalam berbuka puasa malah sampai meninggalkan kewajiban shalat dan ketuklah hati mereka untuk saling berbagi di bulan mulia ini, Ramadhan Mubarak.    


Teuku Rahmad Danil Cotseurani
Auditor
D/A. Kompleks Perumahan PT. AAF (ASEAN)
Krueng Geukueh -Aceh Utara - Aceh  24354



No comments:

Post a Comment