Buka Puasa Bersama Tiap Hari di Aceh
Bulan Puasa di Aceh selalu suasana meriah dan ramai dalam berbagai
hal dibandingkan dengan bulan-bulan
lainnya karena pada bulan tersebut selain Allah melipat gandakan pahala bagi
umat muslimin yang beribadah dan mengharap ridha Allah SWT juga sudah ada
tradisi-tradisi islami yang berkembang secara turun temurun di masyarakat Aceh
seperti meugang, masak kanji rumbi, undangan buka puasa bersama, santuni anak
yatim piatu dan lain sebagainya di bulan suci ramadhan.
Selain sebagai tradisi hal tersebut diharapkan menjadi syiar dan upaya
menyemarakkan budaya Islam di bulan suci Ramadhan. Jika dalam Islam memberikan
sesuatu untuk berbuka puasa bagi kaum muslimin yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahala lebih dari Allah. Dan
hal ini biasa dilakukan oleh warga Negara kaya raya seperti Arab Saudi, Qatar,
UEA dan Negara-negara Timur Tengah Lainnya, untuk memberi, menyediakan dan
menyiapak aneka makanan untuk berbuka puasa yang digelar ditempat-tempat umum
dan sarana ibadah lainnya. Di Aceh hal seperti itu masih jarang kita jumpai
oleh warga-warga yang punya penghasilan lebih, entah kenapa?
Namun demikian, masjid dan meunasah bisa saja melaksanakan buka puasa
bersama dengan warga lingkungan sekitar masjid atau meunasah di kampung
setempat. Seperti yang dilakukan oleh beberapa masjid sunnah selama ini di Aceh,
disamping juga ada tradisi memasak dan menyiapkan kanji rumbi bagi masyarakat
sekitar masjid tersebut.
Seharusnya dengan dilakukan buka puasa bersama di masjid atau meunasah
tiap hari di bulan suci Ramadhan dapat lebih dalam upaya syiar islami dan
menambah jamaah shalat magrib di tiap masjid dan meunasah karena selama ini
kita dapati ketika bulan puasa jamaah shalatmagrib sangat minim dan sedikit
sekali. Hal ini disebabkan kaum muslimin di Aceh banyak yang masih berbuka
puasa dirumah masing-masing dan otomatis karena kekenyangan tidak sanggup lagi
pergi shalat berjamaah ke masjid atau meunasah. Padahal shalat berjamaahwajib
bagi laki-laki kecuali ada uzur, dan baru ramai jamaah dan penuh ketika
menjelang shalat Isya, Tawareh dan Witir. Ini harus menjadi perhatian para alim
ulama di Aceh bagaimana upaya meramaikan jmaah shalat magrib selama bulan
Ramadhan.
Perlunya musyawarah antara Ulama, Umara, Tengku Imum, Keuchik, Tuha
Peut, Tuha Lapan, tokoh masyarakat dan warga setempat untuk menggelar dan
mengadakan buka puasa bersamasetiap hari selama bulan suci Ramadhan di masjid
atau meunasah setempat. Bisa dengan menerima dana dan donasi dari orang-orang
kaya di kampong dan bisa dengan menjadwalkan secara bergilir untuk menyediakan
penganan berbuka berupa minuman the dan beberapa potong kue dari warga
masyarakat kampong tersebut sesuai beberapa Kepala Keluarga (KK) perhari.
Ini merupakan cara paling praktis yang bisa diaplikasikan dan
diterapkan yang akan menjadi syiar, dakwah dan menyemarakkan bulan suci
Ramadhan dan jamaah shalat magribpun akan ramai sama seperti jamaah shalat
Isya, Taraweh dan Witir. Bisa juga dalam hitungan beberapa hari diselingi
dengan potong kambing saat berbuka puasa tergantung dana, dan donasi sumbangan
masyarakat yang menyumbang.
Berbedahalnya dengan undangan dan acara buka puasa bersama dalam rangka
reuni atau jamuan buka puasa dari berbagai instansi swasta, pemerintah dan
perbankan yang umum terjadi di warung-warung kupi, rumah makan, coffe-coffe
atau restaurant dan hotel berbintang, biasanya karena jarang ketemu sesama
warga yang berbuka puasa bersama sehingga asyik berbicara dan diskusi
sampai-sampai waktu shalat magribpun tinggal bahkan ada yang sampai isya belum
beranjak dari tempat buka puasa bersama tersebut, Na’uzubillah. Bukannya pahala
yang didapatkan dari buka puasa bersama malah maksiat bersama yang didapat
karena melalaikan waktu ibadah shalat.
Fenomena ini sering kita jumpai di kota-kota besar, konon lagi tempat
diselenggarakannnya buka puasa bersama itu jauh dari masjid dan meunasah. Malah
ada yang tidak ada fasilitas mushalla, jikapun ada tempatnya sempit dan kecil
sementara orang-orang banyak mau shalat magrib. Padaha kita tahu jeda antara
waktu berbuka puasa dengan azan dan shalat magrib tidak lama, jadi mustahil
kita dapat shalat berjamaah magrib jika masih berlama-lama dengan santapan dan
aneka makanan berbuka puasa. Maka benarlah ucapan Nabi Muhammad SAW untuk
berbuka puasa dengan 2 biji kurma dan segelas air putih, maknanya apa supaya
kita bisa siap dan sanggup melaksanakan shalat magrib berjamaah. Coba bayangkan
dan lihat saja dimana ketika ada hajatan buka puasa bersama di salah satu
tempat aneka hidangan makanan dan minuman ada tersedia denga berbagai macam
rasa, warna dan selera. Namun ketika beduk atau sirene tanda buka puasa
berbunyi yang sanngu kita makanan dan minum hanya beberapa saja, sisanya
menjadi mubazir dan tidak terjamah.
Padahal disaat yang sama di bagian wilayah dunia lainnya seperti di
Afrika, Somalia, Ethiophia, Palertina, Suriah kaum muslimin disana berbuka
puasa ala kadarnya saja bahkan tidak ada makanan dan minuman enak untuk berbuka
karena kawasan perang dan konflik. Sungguh kita buta mata hati jika berfoya-foya
dan mubazir dalam menikmati Rahmat Allah dalam hal berbuka puasa. Semoga ini
menjadi renungan bagi kita semua, dimulai dari keluarga kita sampaikan kemudian
para Ulama dan Umara untuk lebih mengingatkan ummatnya agar tidak berlebihan
dalam berbuka puasa malah sampai meninggalkan kewajiban shalat dan ketuklah
hati mereka untuk saling berbagi di bulan mulia ini, Ramadhan Mubarak.
Teuku Rahmad
Danil Cotseurani
Auditor
D/A.
Kompleks Perumahan PT. AAF (ASEAN)
Krueng
Geukueh -Aceh Utara - Aceh 24354
No comments:
Post a Comment